Jumat, 11 Januari 2008

Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan

Untuk menganalisa secara ilmiah tentang gejala-gejala dan kejadian sosila budaya di masyarakat sebagai proses-proses yang sedan berjalan atau bergeser kita memrlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangta perlu untuk menganalisa proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik sosial (social dynamic).

Konsep-konsep penting tersebut antara lain internalisasi (internalization) , sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Kemudian ada juga evolusi kebudayaan (cultural evolution) yang mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Serta juga ada difusi (diffusion) yaiu peneybaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pemabahruan atau inovasi (innovation), yang berhubungan erat dengan penemuan baru (discovery dan invention).

Proses Belajar Kebudayaan Sendiri

Proses Internalisasi. Manusia mempunyai bakat tersendiri dalam gen-nya untuk mengembangkan berbagai mavam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi kepribadiannya. Tetapi wujud dari kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimuli yang ada di sekitar alam dan lingkungan sosial dan budayanya.

Maka proses internalisasi yang dimaksud adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.

Proses sosialisasi. Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekililingnya yag menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.

Proses Enkulturasi. Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, serta peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Kata enkulturasi dalam bahas Indonesia juga berarti “pembudayaan”. Sorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya.

Proses evolusi Sosial

Prose Microscopic dan Macroscopic Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secar detail (microscopic), atau dapat juga dipandang dari jauh hanya dengan memperhatiakn perubahan-perubahan yang besar saja (macroscopic). Proses evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail akan membuka mata seorang peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam setiap masyarakat di dunia.

Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya. Proses ini mengenai suatu aktivitas dalam sebuah lingkunagn atau suata adat dimana aktivitas yang dilakukan terus berulang. Dan aktivitas yang dimaksud biasanya aktivitas yang menyimpang atau diluar kehendak prilaku. Namun pada suatu ketika dan sering terjadi aktivitas tersebut selalu berulang (recurent) dalam kehidupan sehari-hari disetiap masyarakat. Sampai akhirnya masyarakat tidak bisa mempertahankan adatnya lagi, karena terbiasa dengan penyimpangan-penyimpangan tersebut. Maka masyrakat terpaksa memberi konsesinya, dan adat serta aturan diubah sesuai dengan keperluan baru dari indibidu-individu didalam masyarakat.

Proses Mengarah dalam Evokusi Kebudayaan. Dengan mengambil jangka waktu yang panjang maka akan terlihat prubahan-perubahan besar yang seolah bersifat menentukan arah (dirctional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. Sebagai contoh misalnya tingkat kebudayaan manusia yang berawal dari Neolitik, kemudian berubah menjadi Mesoltk dan akhirnya berubah menuju Paleolitik.

Proses Difusi.

Peneyebaran Manusia. Ilmu Paleoantropologi memperkirakan bahwa manusia terjadi di daerah Sabana tropikal di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat diterangkan dengan dengan adanya proses pembiakan dan gerka penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses adpatsi fisik dan sosial budaya.

Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan. Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur penyebaran kebudayaan seluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion). Salah satu bentuk difusi dibawa oleh kelompok-kelompok yang bermigrasi. Namun bisa juga tanpaadanaya migrasi, tetapi karena ada individu-individu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu, dan mereka adalah para pedagang dan pelaut.

Akulturasi dan Pembauran atau Asimilasi.

Akulturasi. Poses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan demikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan dioalh kedalm kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Asimilasi. Proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan yang campuran.

Pembaruan atau Inovasi

Inovasi dan Penemuan. Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu discovery dan invention.

Discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru, ide baru, yang diciptakan oleh individu atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.

Pendorong Penemuan Baru. Faktor-faktor pendorong bagi individu dalam suatu masyarakat untuk memulai dan mengembangkan penemuan-penemuan baru anatar lain :

1. Kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan.

2. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan.

3. Sistem perangsang bagi aktivitas mencpta dalam masyarakat.

Senin, 07 Januari 2008

GEPENG, POTRET BURAM KOTA DENPASAR

Gepeng (gelandangan dan pengemis) menjadi symbol kelas bawah yang terpinggirkan sebagai konsekuensi dari kerasnya hidup dan tuntutan zaman. Gepeng yang kegiatannya meminta-minta untuk uang ini kebanyakan hidupnya nomaden. Sebagian besar penentuan keputusan para gepeng tersebut untuk bekerja sebagai gepeng biasanya karena beralasan factor ekonomi. Dan pada umumnya, latar belakang ekonomi tersebut berimplikasi terhadap standar kehidupan mereka. Tingginya aktivitas menggepeng dikarenakan para gepeng menganggap aktivitas tersebut adalah sebuah pekerjaan. Pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dan bisa bertahan untuk hidup. Kemudian dikarenakan minimnya keterampilan serta pendidikan yang dimiliki.

Maraknya aktivitas menggepeng yang dapat dilihat di seputaran kota Denpasar pada tahun-tahun terakhir ini menjadi fenomena yang menarik ditengah eksistensi Bali sebagai daerah pariwisata yang bertumpu pada pariwisata budaya.

Banyak cara yang sudah dilakukan oleh pemerintah kota untuk memberantas atau menghilangkan praktek-praktek menggepeng di kota Denpasar. Tetapi masih saja ada kita temui gepeng-gepeng di kota berwawasan budaya ini. bahkan bisa di bilang jumlahnya lama kelamaan semakin meningkat.

Sadar atau tidak sadar para gepeng sebenarnya da disekitar kita. Suka atau tidak mereka telah menjadi bagian perjalanan hidup kita.

Kebanyakan gepeng jika ditanya asalnya mengaku dari Munti Gunung. Sebuah desa yang terletak di kabupaten Karangasem. Sebuah desa yang seperti namanya, rumah-aumahnya persis di bawah kaki gunung dengan pemandangan lereng disisinya. Di desa Munti Gunung ini juga sudah ada awig-awig tentang pelarangan menggepeng. Tapi saat ini awig-awig tersebut belum juga terlaksanakan.

Dari data Dinas Sosial Kota Denpasar memang kebanyakan gepeng-gepeng tersebut kebanyakan berasal dari Munti Gunung, Pedahan, Singaraja, Trunyan. Dan sisanya dari luar Bali seperti dari Lumajang, Situbondo, Banyuwangi, Lombok, Madura, Malang, Kediri. Dan dari sekian banyak gepeng yang berhasil di razia oleh trantib dan Satpol P.P di Denpasar, memang kebanyakan para gepeng mengaku berasal dari Munti gunung, Karangasem.

Alhasil desa Munti Gunung sudah mendapatkan citra di masyarakat sebagai “produsen” gepeng. Tetapi dari kepala desa Munti Gunung sendir menytangkal citra tersebut. masyarakat Munti Gunung sendiri merasa seperti menjadi kambing hitam. Karena setiap gepeng yang ditanya asal-usulnya selalu menjawab berasal dari Munti Gunung. Padahal belum tentu gepeng tersebut berasal dari Munti Gunung.

Di desa Munti Gunung sendiri sudah ada dua buah Sekolah Dasar untuk anak-anak Munti bersekolah. Dengan pendidikan diharapakan mereka tidak mengikuti jejak orang tua mereka yang mungkin pernah berprofesi menjadi gepeng. Keadaan di Munti Gunung yang kering menyebabkan masyarakatnya bekerja di luar Desa Munti.

Selain itu juga terdapat sebuah yayasan yang bernama Yayasan Bhakti Laksana (YBL). Yayasan ini koordinasinya langsung dibawah oleh Dinas Soial Propinsi bali. YBL ini bertugas memberi laporan secara berkala kepada Dinas Sosial Propinsi Bali tentang perkembangan masyarakat di desa Munti.apabila da bantuan dari pemerintah yayasan ini yang membantu dalam penyalurannya. Selain itu yayasan ini juga memberikan berbagai pelatihan kepada masyarakat di Desa munti.

Oknum Sindikat Dibalik Keberadaan Gepeng

Pola hidup para gepeng ini yaitu nomaden dan selalu hidup berkelompok. Kehidupan nomaden dan berkelompok ini kemudian menimbulkan asumsi bahwa pola gerak mereka cukup teroganisir secara baik.

Fakta yang didapat dari Kasubdin Ketertiban fasilitas Sosial Dinas Trantib dan Satpol PP Kota Denpasar, Ir. Nengah Brandi mengungkapkan bahwa indikasi adanya sindikat pengkoordinr gwpwng-gepeng di Blai memang ada dilapangan. Sindikat ini menyediakan tempat tinggal bagi gepeng-gepeng dengan sejumlah uang yang harus mereka bayar. Bahkan fenomena yang cenderung muncul dewasa ini adalah adanya sindikat yang mengelola pergerakan gepeng antar daerah ataupun propinsi.

Oknum sindikat ini bekerja dengan pola yang terselubung dan rapi, namun Dinas Sosial sendiri tidak memiliki pola kerja yang jelas untuk menghadapi mereka.adanya indikasi pengkoordinasian gepeng dan perangkat hukum yang belum tegas mengatur masalah ini juga dirasakan oleh kepala Dinas Sosial Kabupaten Karangasem. Sebagai Kabupaten yang selalu mendapat “cap” sebagai daerah yang memproduksi gepeng. Padahal oknum-oknum yang mengkoordinasi para gepeng ini berasal dari daerah yang lain atau bukan berasal dari Desa Munti Gunung, Karangasem. Dari pihak yang berwenang belumtegas dan tidak jelas dalam penanggulangan gepeng-gepeng ini, maka tak heran gepeng-gepeng dijalan makin bertambah sedangkan pemerintah masih sibuk dan saling tuding siapa yang bertanggungjawab atas permasalahan kemasyarakatan ini yang perberkembangannya cukup meresahkan ini.

Maka permasalahan ini menjadi PR bagi pihak-pihak terkait di bawah Dinas Sosial sebagai leading sector penangan masalah gepeng. Sebagaimana diatur didalam penjelasan PP No. 31 Tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis bahwa yang merupakan sasaran pokok dalam penanggulangan gelandangan dan pengemis adalah perorangan maupun kelompok masyarakat yang diperkirakan menjadi sumber timbulnya gelandangan dan pengemis, selain keseluruhan gelandangan dan pengemis itu sendiri.

Para gepeng yang sering terlihat dan makin bertambahnya jumlahnya di kota Denpasar ini tidak hanya berasal dari Munti Gunung saja. Bahkan sebenarnya jumlah gepeng yang berasla dari Desa Munti Gunung sudah berkurang. Hanya saja banyak para gepeng yang selalu mengaku berasal dari Desa Munti Gunung. Sebab ini yang menjadikan Desa Munti Gunung sebagai “produsen” gepeng. Padahal gepeng yang ada di kota Denpasar belum tentu berasal Dari Desa Munti Gunung. Di desa Munti Gunung sendiri sudah ada sekolah dan yayasan untuk membantu taraf hidup masyarakat Desa Munti Gunung sendiri.

Dibalik kegiatan menggepeng sendiri ternyata ada oknum-oknum sindikat yang mengkoordinasi para gepeng. Yang memang sengaja memanfaatkan para gepeng itu sendiri. sepertinya pihak hukum dan dinas Sosial terutama sudah harus lebih mengkinerjakan untuk memecahkan permasalahan gepeng ini. dan lebih tegas dalam menegakan hukum yang memang sudah diatrur didalam undang-undang. Karena percuma saja bila hanya satu atau dua organisasi bersemangat untuk memberantas kegiatan menggepeng tanpa didukung oleh pihak-pihak yang lebih berwenang. (B#7R)